Tanaman Tembakau sejak lama menjadi komoditas perkebunan yang strategis
bagi perekonomian nasional karena memberikan kontribusi penerimaan
Negara berupa cukai cukup besar. Namun demikian tidak mudah, banyak
tantangan yang dihadapi diantaranya serangan hama yang bisa menurunkan
hasil dan kualitas tembakau.
Hama yang banyak menyerang pada tanaman tembakau adalah:
1. Ulat Pucuk Tembakau (Helicoverpa assulta Genn dan Helicoverpa
armigera Hubner). Gejala serangan terlihat dari daun tembakau yang
berlubang-lubang karena ulat memakan pucuk daun dan daun atas. Pada saat
serangan terjadi gejala tersebut belum nampak dan gejala akan nampak
jelas setelah daun tembakau membesar. Tanaman inang lain adalah kapas,
jagung, tomat, kedelai, buncis, asparagus dan jarak.
Cara Pengendalian: Tanaman yang terserang ulat pupus daun disemprot
dengan insektisida seperti permetrin 2 g/liter atau betasiflutrin 25
g/liter.
2. Ulat grayak (Spodoptera litura F). Serangan terjadi pada malam hari
biasanya bergerombol di pembibitan maupun di pertanaman. Dari stadia
telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang tanaman
memerlukan waktu 22 - 60 hari. Pengendalianya penyemprotan dengan
insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.
3. Kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu ini merusak tanaman tembakau
karena mengisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan
pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini
menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan
ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi
warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga.
Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula
alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat
menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian
22 - 28 % pada tembakau flue-cured. Cara pengendalian hama ini adalah
dengan mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida
yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu
tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu). Pestisida yang digunakan
yaitu jenis imidaklorid.
4. Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn). Baik kutu dewasa maupun nimfanya
mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak. Disamping merusak
daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit
mosaik tembakau. Cara pengendalian dengan sanitasi lahan dan meyemprot
dengan insektisida Klorpirifos.
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah antara lain adalah sebagai berikut.
1. Penyakit Rebah Kecambah. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya
menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di
atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5.
Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan,
disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan
serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3
g/liter air Mankozep (2 - 3 g/liter air), Benomil 2 - 3 g/liter air dan
Propanokrab Hidroklorida 1 - 2 ml/l air.
2. Penyakit Lanas. Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan
Phytophthora nicotianae var Breda de Haan (Semangun 1988). Gejala
serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang
daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal
batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah
empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian
menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala nekrosis
berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih
coklat dibanding daun normal. Cara pencegahannya adalah melakukan
sanitasi pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan
pupuk kandang yang telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan
menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102,
Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas 1975, Powel
1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 - 3
g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 - 2
ml air dan bubur bordo 1 - 2 %.
3. Penyakit Kerupuk. Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau
(Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun
terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun
bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia
tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
4. Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada
daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk
berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun
dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih
seperti asap rokok.
5. Sedangkan penyakit lain yang kurang berbahaya tapi sering menyerang
tanaman tembakau adalah penyakit mosaik tembakau, nematoda, karat daun,
embun tepung dan antraknosa.
Slamet widodo
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan